Peninggalan Sejarah Masyarakat Asli Amerika yang Semakin Tergerus

72
Betty Osceola, anggota kelompok adat Miccosukee (BBC)

Jakarta, bisnissumsel.com – 

Miami adalah salah satu kota besar termuda di Amerika Serikat. Sebelum penemuan arkeologis baru-baru ini, tidak ada yang tahu bahwa kota ini dibangun di atas salah satu peradaban tertua di Amerika.

Miami yang berada di negara bagian Florida terkenal dengan berbagai klub malam mencolok, desain art deco, serta budaya Latin dan Karibia yang eklektik. Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa Miami dibangun tepat di atas salah satu peradaban tertua di Amerika.

Dari sekitar tahun 500 Sebelum Masehi (SM) hingga pertengahan tahun 1700-an, tempat yang sekarang disebut Miami dihuni oleh Tequesta, salah satu kelompok masyarakat pertama yang menghuni Florida bagian tenggara.

Tequesta menetap di dekat muara Sungai Miami dan Teluk Biscayne. Mereka adalah leluhur masyarakat pesisir yang kemudian berkembang di pintu menuju jejaring perdagangan yang luas.

Florida bagian selatan, bahkan seluruh Florida yang hari ini ada, terletak di tanah kelompok adat Tequesta, Seminole, dan Miccosukee.

Seiring dengan pertumbuhan pesat populasi dalam beberapa dekade terakhir, penemuan arkeologi di sepanjang Sungai Miami telah memberikan pencerahan baru mengenai sejarah kelompok adat di wilayah ini.

Betty Osceola adalah anggota kelompok adat Miccosukee. Kelompok ini muncul setelah Tequesta, tapi secara historis mereka sudah eksis sebelum kedatangan Columbus.

Osceola telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mengedukasi pendatang dan turis tentang sejarah masyarakat adat di Miami.

Bersama kelompok seperti Love The Everglades Movement dan Eco Preservation Project, Osceola menjelaskan bagaimana permukaan air di sekitar ekosistem Everglades naik akibat perubahan iklim serta bagaimana campur tangan manusia mengancam tanah leluhur dan cara hidup Miccosukee.

Kelompok adat Miccosukee, yang awalnya merupakan bagian dari Creek Nation, bermigrasi dari Alabama dan Georgia ke Florida sebelum wilayah ini menjadi bagian dari AS.

Setelah pemberlakuan Indian Removal Act, sebuah regulasi pemerintah AS untuk menggusur masyarakat asli, pada tahun 1830, warga adat yang tinggal di kawasan tenggara dipindahkan secara paksa ke wilayah barat.

Dalam proses pemindahan paksa itu, sekitar 100 orang diperkirakan bersembunyi di Everglades.

Miccosukee, Seminole, dan anggota suku Florida lainnya saat ini adalah keturunan langsung dari mereka yang tidak pernah menyerah dan menolak penggusuran serta tetap tinggal di Everglades.

Sekitar 54 kilometer sebelah barat pusat kota Miami, Osceola membawa sekelompok turis ke masa lalu. Dia memandu para turis melewati Everglades yang kini masuk dalam area Miccosukee Indian Reservation.

Osceola memandu pengunjung dalam kapasitasnya sebagai pemilik usaha wisata, Buffalo Tiger Airboat Tours.

Selama 12 tahun terakhir, Osceola dan tim pemandu yang dipimpin masyarakat adat telah mengajak masyarakat melewati kubah cemara, “pulau pohon”, hutan bakau, dan pohon kayu keras yang luas di lahan basah.

Mereka mengedukasi turis tentang Miccosukee. Menurut Revered Houston Cypress, seorang seniman dan aktivis Miccosukee, dalam terminologi lokal, Everglades memiliki makna air yang berkilauan ( (Kahayatle).

Tur dengan perahu berpropeler udara yang dipandu oleh Osceola dimulai pada akhir 1980-an oleh William “Buffalo” Tiger, seorang kepala suku Miccosukee terakhir yang bermimpi untuk mendidik masyarakat tentang lingkungan suku di Everglades.

Dalam tur tersebut, wisatawan akan mengunjungi Pulau Air Mata, tempat tinggal keluarga Tiger. Selama perjalanan itu, pemandu menjelaskan bagaimana banyak keluarga dari Suku Miccosukee tinggal di gubuk “chickee” beratap jerami di pulau itu.

Samuel Tommie adalah seniman adat dari Everglades. Keluarganya merupakan salah satu yang terakhir menghuni pulau kecil tersebut.

“Pulau tersebut adalah surga yang sangat indah. Itulah dunia tempat saya tumbuh dewasa. Burung-burung berkicau, macan kumbang, dan beruang hitam berlarian. Saat ini daerah tersebut mengalami degradasi secara fisik tapi secara spiritual masih begitu kuat,” ujar Tommie.

Osceola berkata, turis sering terkejut bahwa penduduk asli Amerika “masih ada” di wilayah Miami.

“Mereka mengira masyarakat adat hanya ada dalam buku sejarah dan tidak hidup dan bernafas di sini saat ini,” katanya.

“Kami berupaya menunjukkan publik keindahan dan pentingnya Everglades, sekilas budaya kami, dan memberi tahu mereka bahwa kami masih ada di sini,” ujar Osceola.

Osceola juga seorang aktivis lingkungan terkemuka yang memprotes industri ekstraktif. Dia melobi otoritas untuk memperhatikan konservasi air di Everglades.

Selain tur perahu, Osceola juga mengedukasi masyarakat tentang masa lalu masyarakat adat Florida dan tanah tradisional mereka melalui aksi doa berjalan. Dalam aksi itu, mereka melakukan pawai sambil mendoakan air dan tanah.

Osceola merupakan bagian dari Klan Panther Miccosukee, ‘makhluk’ yang identik dengan perlindungan Everglades.

“Ada banyak sejarah tentang masyarakat kami dan yang telah dilakukan suku kami untuk mengadvokasi lingkungan. Jika Anda mengunjungi komunitas Miccosukee, Anda bisa melihat sekilas cara hidup kami,” kata Osceola.

Namun, di luar komunitas Miccosukee, jejak masa lalu warga adat wilayah Miami ini sulit ditemukan.

“Saat Anda mengunjungi Miami, tidak ada indikasi bahwa masyarakat adat pernah tinggal di sana atau saat ini berada di wilayah tersebut kecuali Anda mengunjungi Miami Circle,” kata Osceola. Dia merujuk situs arkeologi yang menjadi National Historic Landmark.

“Saya tidak yakin orang-orang benar-benar memperhatikan patung Tequesta di dekat sana,” tuturnya.

Ditemukan pada tahun 1998 selama konstruksi di kawasan Brickell yang ramai di pusat kota Miami, Miami Circle adalah situs melingkar berusia 2.700 tahun dengan 24 lubang yang diukir pada batuan dasar batu kapur.

Dikenal juga sebagai “Stonehenge Amerika”, situs ini adalah situs perdagangan dan upacara bagi peradaban Tequesta.

Kemarahan publik di tingkat nasional dan internasional menekan negara bagian Florida untuk membeli kembali tanah tersebut dari pengembangnya seharga US$27 juta (Rp417 miliar) dan melestarikannya sebagai bangunan bersejarah.

Meskipun berhasil diselamatkan dari buldoser untuk membangun gedung bertingkat, saat ini, situs itu belum ditampilkan sebagai monumen penduduk asli Amerika. Banyak penduduk setempat kemudian salah mengartikannya sebagai taman untuk membawa anjing berjalan-jalan.

“Masyarakat adat menggunakan daerah ini (yang berbatasan dengan Sungai Miami) untuk berburu, memancing, bepergian dan berkumpul dalam komunitas dan perayaan. Situs-situs ini memiliki sejarah dan makna yang besar dan harus dihormati dan dihormati,” kata Osceola.

Sejak tahun 1981, para arkeolog telah menentukan bahwa daerah yang berbatasan dengan Sungai Miami di Brickell mengandung sejumlah besar peninggalan kuno masyarakat asli Amerika. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Brickell telah menjadi salah satu kawasan dengan pertumbuhan tercepat di Miami.

Seiring semakin banyak pula hotel bertingkat dan mewah yang bermunculan, para pengembang terus menggali situs-situs kuno, termasuk di 444 Brickell Avenue yang digali pada tahun 2021.

Para arkeolog saat ini sedang memindahkan benda-benda di kawasan itu agar pembangunan dapat dilanjutkan.

Walau begitu, Osceola dan anggota suku lainnya menganjurkan agar penggalian di daerah tersebut harus dihentikan. Suara mereka, seperti yang dia dan orang lain katakan, tidak dilibatkan dalam percakapan.

“Florida Selatan memiliki perpaduan budaya dan etnis yang kaya, namun tradisi mulai hilang. Dengan semua pembangunan dan transplantasi baru, penting untuk mempertahankan siapa kita, budaya dan tradisi kita,” kata Talbert Cypress, ketua resmi Florida Dewan Bisnis Miccosukee.

“Kita mungkin berada dalam bahaya kehilangan Miami yang sebenarnya. Miami hanya akan tumbuh menjadi seperti kota besar lainnya,” ucapnya.

Hingga saat ini, para arkeolog di situs Brickell Avenue telah menemukan sekitar satu juta artefak, termasuk kerangka manusia, peralatan, dan ornamen yang terbuat dari tulang dan cangkang hewan.

Mereka juga menemukan kerangka penyu raksasa dan cakram cangkang yang melambangkan pupil mata yang berasal dari tahun 500-600 SM.

Meski begitu, ketika Osceola dan pihak lain terus memberikan edukasi kepada orang lain mengenai pentingnya situs ini, masa depan sisa peradaban masa lalu ini masih menjadi perdebatan antara pengembang komersial dan pihak yang mendukung perlindungan situs ini sebagai lokasi bersejarah.

Selain Osceola, seniman adat yang mendeklarasikan diri sebagai arkeolog amatir, Ismael Bermudez, telah mengadvokasi pelestarian kawasan ini selama bertahun-tahun.

Bermudez, yang tumbuh dewasa di sebuah bungalo pada dekade 1920-an di kawasan Brickell, menyatakan bahwa dia adalah penghuni Brickell yang paling lama.

Dia berulang kali menolak menjual rumahnya kepada pengembang. Namun, awal bulan ini dia merasa tidak punya pilihan lain selain meninggalkan rumahnya.

Bermudez menghabiskan lebih dari setengah abad menggali ruang bawah tanah dan halaman belakang rumahnya. Dia menemukan artefak yang digunakan dalam ritual kuno penduduk asli Amerika, fosil, benda prasejarah, dan sumur dengan mata air dalam prosesnya.

Selama bertahun-tahun, Bermudez mengubah bungalo sederhananya menjadi apa yang ia sebut sebagai Sumur Misteri Kuno, yang terkadang ia buka untuk umum.

Rumahnya pernah menjadi tempat peristirahatan bagi para aktivis dan perwakilan masyarakat adat yang datang ke kota untuk membantu menyelamatkan Miami Circle setelah penemuannya pada tahun 1998.

Bagi Bermudez, nilai rumahnya tak ternilai harganya. “Ini bukan soal uang. Ini soal melestarikan sejarah kuno,” ujarnya sebelum pindah.

Selama bertahun-tahun, semakin banyak gedung-gedung tinggi menghalangi pandangannya terhadap matahari terbit setiap pagi.

“Saya hanya melihat bintang saat pergi ke Everglades, bukan di sini,” ucapnya.

Setelah bertemu Bermudez pada tahun 2018, seniman lokal Jaqueline Gomez mulai memotret situs penduduk asli Amerika yang ia temukan. “Awalnya, saya tidak percaya Burmudez,” ujarnya.

Namun Gomez kemudian menghabiskan waktu meneliti sejarah masyarakat Tequesta dan menyadari bahwa apa yang diperjuangkan Bermudez merupakan sesuatu yang serius.

“Mereka tidak mengajari Anda tentang hal ini di sekolah,” ucapnya. Faktanya, Bermudez tidak terkejut ketika Miami Circle ditemukan hanya enam blok di utara rumahnya.

Pada tahun 2020, Gomez menerbitkan The Tequesta of Biscayne Bay, sebuah majalah yang mendokumentasikan bagaimana situs adat di Miami masih menjadi bagian dari lanskap kota. Foto-foto tersebut antara lain rumah Bermudez, Miami Circle dan Met Square–desa prasejarah yang ditemukan pada tahun 2014.

“Mereka telah menemukan begitu banyak gundukan lain yang berbatasan dengan Sungai Miami,” kata Gomez.

“Saya masih tidak mengerti bagaimana pemerintah kota memutuskan mana yang akan dilindungi dan mana yang tidak.”

Karena tumbuh besar di sini, Gomez menyadari kecenderungan Miami untuk mengubur masa lalunya, meninggalkan suku-suku asli Amerika dalam pertarungan terus-menerus demi kedaulatan dan hak atas tanah mereka.

“Ini seperti pertarungan untuk kalah karena para pengembang akan selalu menang,” kata Gomez.

Ketika sisa-sisa masa lalu masyarakat adat Miami terus diaspal, sejarah kehidupan mereka mereka juga berpotensi menghadapi masa depan yang sama.

“Jika masyarakat tidak mengetahui, atau tidak peduli dengan situs-situs adat di Miami, tidak ada yang akan menyelamatkannya,” kata Bermudez.

Seiring dengan semakin banyaknya aktivis yang mengikuti seruan Osceola untuk melestarikan masa lalu masyarakat adat di kota tersebut, mungkin pengunjung akan lebih memahami sejarah yang tersembunyi di bawah kaki mereka.

Artikel ini adalah bagian dari serial Rediscovering America yang disusun oleh BBC Travel. Serial ini menceritakan berbagai kisah terlupakan, terabaikan, atau disalahpahami, membalik naskah tentang sejarah, budaya, dan komunitas yang selama ini dipahami publik.

(haf/haf/detik)