Wanti-wanti Biden ke Israel soal Kehilangan Dukungan Dunia

69
Presiden AS Joe Biden dan PM Israel Netanyahu. (AP/Pool/Miriam Alster)

Washington DC, bisnissumsel.com –

Serangan Israel terhadap Jalur Gaza, Palestina belum juga usai. Korban jiwa terus berjatuhan. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mewanti-wanti Israel soal hilangnya dukungan dunia terhadapnya.

Serangan Israel ke Jalur Gaza dimulai sebagai reaksi atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober silam. Kata Israel, korban jiwa akibat serangan Hamas mencapai 1.200 orang.

Serangan ke Jalur Gaza dilancarkan dengan mengerikan. Mulanya, kawasan yang kena serangan lebih ke bagian utara Gaza. Sempat dijeda oleh gencatan senjata, namun Israel kembali menggempur Gaza, kali ini sampai bagian selatan.

Serangan tak berhenti meski sebagian besar anggota Dewan Keamanan (DK) dan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta gencatan senjata. Resolusi PBB bahkan sempat digagalkan AS lewat penggunaan hak vetonya.

Yang terbaru, dilansir AFP, Rabu (13/12), Majelis Umum PBB voting dan hasilnya menunjukkan 153 suara mendukung resolusi gencatan senjata, 10 suara lain termasuk AS dan Israel menolak, 23 suara abstain.

Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Australia, Kanada, dan Selandia Baru bersama-sama menyatakan dukungan gencatan senjata yang berkelanjutan di Jalur Gaza. Ketiga negara ini mengingatkan Israel bahwa menghancurkan Hamas tidak seharusnya memicu penderitaan seluruh warga Palestina.

“Kami khawatir dengan semakin berkurangnya ruang aman bagi warga sipil di Gaza. Dampak dari mengalahkan Hamas tidak berupa penderitaan terus-menerus bagi seluruh warga sipil Palestina,” tegas ketiga negara itu dalam pernyataan bersama mereka, dirilis Selasa (12/12) lalu.

Joe Biden kini mewanti-wanti Negara Zionis agar memperhatikan perubahan ‘arah angin’ politik internasional. Kini semakin banyak negara yang tak mendukung Israel.

Wanti-wanti Biden

Presiden AS Joe Biden memperingatkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bahwa negaranya mulai kehilangan dukungan dunia atas perangnya melawan Hamas, karena adanya pengeboman ‘tanpa pandang bulu’ oleh Tel Aviv terhadap Jalur Gaza.

Seperti dilansir Reuters dan AFP, Rabu (13/12/2023), peringatan untuk Netanyahu itu disampaikan Biden saat berpidato dalam acara kampanye di Washington DC pada Selasa (12/12) waktu setempat.

“Tapi mereka mulai kehilangan dukungan itu karena pengeboman tanpa pandang bulu yang terjadi,” sebut Biden dalam pidatonya.

Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas dilaporkan telah menewaskan lebih dari 18.400 orang, sebagian besar warga sipil.

Pernyataan tersebut menjadi pernyataan Biden yang paling blak-blakan sejak serangan Hamas mengejutkan Israel pada 7 Oktober lalu, yang memicu perang berkelanjutan di Jalur Gaza saat ini. Biden sebelumnya menahan diri untuk tidak menggambarkan pengeboman Israel atas Jalur Gaza sebagai serangan ‘tanpa pandang bulu’.

Lebih lanjut, saat berbicara kepada para donatur kampanye yang hadir dalam acara tersebut, Biden menyebut bahwa Netanyahu perlu ‘mengubah’ pendiriannya soal solusi dua negara untuk Palestina. Dia menyebut Netanyahu sebagai teman namun merasa perlu mengingatkannya.

Biden secara spesifik menyebut soal Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang merupakan politisi sayap kanan yang sangat konservatif.

“Mereka tidak menginginkan solusi dua negara,” ucapnya. “Ini adalah pemerintahan paling konservatif dalam sejarah Israel,” sebut Biden merujuk pada pemerintahan Netanyahu.

“Dia (Netanyahu-red) harus mengubah pemerintahan ini. Pemerintahan ini di Israel menjadikannya sangat sulit,” imbuhnya.

Komentar terbaru Biden ini mencerminkan perpecahan yang semakin besar mengenai apa yang terjadi pada Jalur Gaza setelah perang berakhir. AS menyerukan agar Jalur Gaza diserahkan kepada Otoritas Palestina yang diperkuat, namun seruan itu disambut dingin oleh Israel.

Netanyahu akui beda pendapat dengan AS

Netanyahu sendiri mengonfirmasi bahwa pihaknya memang berbeda pendapat dengan AS soal perang di Jalur Gaza. Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (13/12/2023), Netanyahu mengatakan pada Selasa (12/12) waktu setempat bahwa setelah melakukan percakapan dengan Presiden AS Joe Biden, terdapat “ketidaksepakatan” antara dirinya dan sang Presiden AS soal “hari-hari setelah Hamas” di Jalur Gaza.

Netanyahu menegaskan dirinya tidak “akan mengulangi kesalahan Oslo” — merujuk pada perjanjian damai tahun 1993 yang ditandatangani di AS.

Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan kembali penolakan yang pernah disampaikan sebelumnya, terhadap kembalinya pemerintahan Otoritas Palestina yang didukung Barat di bawah Presiden Mahmoud Abbas ke Jalur Gaza.

Ditegaskan Netanyahu bahwa Jalur Gaza tidak akan pernah dikuasai oleh Hamas atau pun Fatah. Diketahui bahwa Fatah merupakan faksi yang menguasai Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas di Tepi Barat.

“Saya ingin memperjelas posisi saya: Saya tidak akan membiarkan Israel mengulangi kesalahan Oslo,” ucap Netanyahu, tanpa menjelaskan lebih lanjut soal kesalahan apa yang dimaksud dirinya.

Perjanjian Oslo tahun 1993 silam menetapkan otonomi terbatas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Perjanjian itu ditandatangani oleh Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

“Saya tidak akan membiarkan masuknya orang-orang yang mendidik untuk terorisme, mendukung terorisme dan mendanai terorisme,” tegas Netanyahu seperti dilansir Al Jazeera.

“Gaza tidak akan menjadi stan Hamas atau pun stan Fatah,” ucap Netanyahu dalam pernyataannya yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani.

(dnu/rfs/detik)