Arab Saudi Izinkan Penjualan Miras, tapi…

57
Ilustrasi/Foto: thinkstock

Jakarta, bisnissumsel.com –

Arab Saudi mengeluarkan kebijakan yang mengejutkan. Negara muslim yang sangat konservatif itu kini telah mengizinkan pembukaan dan transaksi minuman keras beralkohol.

Pembukaan toko ini menjadi terobosan besar bagi negara teluk yang umumnya merupakan negara muslim dan tegas melarang konsumsi minuman keras. Bahkan, alkohol telah dilarang di Saudi sejak 1952.

Berdasarkan laporan CNBC, yang dikutip Kamis (25/1/2024), toko minuman beralkohol dibuka di kawasan diplomatik yang ada di Riyadh. Namun, laporan ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh pemerintah Arab Saudi.

Yang jelas dari daftar peraturan toko yang beredar, toko minuman keras itu hanya dapat diakses oleh diplomat non-Muslim. Otorisasi pembeli juga harus divalidasi melalui aplikasi bernama Diplo.

Pengunjung yang berusia di bawah 21 tahun tidak boleh datang ke toko tersebut. Toko itu juga melarang keras pengambilan foto, bahkan ponsel harus disimpan dalam sebuah kantong khusus agar tidak digunakan saat berada di dalam toko. Pembelian alkohol dibatasi kuota bulanan per individu terdaftar.

Arab Saudi yang terkenal dengan aturan konservatifnya, pada akhirnya akan mengizinkan minuman beralkohol diperjualbelikan. Desas-desusnya ini merupakan bagian dari kampanye yang lebih luas untuk meliberalisasi masyarakat Arab Saudi dan menarik lebih banyak wisatawan internasional dan ekspatriat.

“Ini adalah langkah kecil untuk membuka penjualan alkohol kepada non-Muslim di Arab Saudi pada akhirnya, ke hotel-hotel dan tempat-tempat lain,” kata seorang konsultan Saudi yang dekat dengan istana kerajaan.

Orang itu menambahkan bahwa salah satu tujuan utama kebijakan ekstrem ini untuk mengatasi masalah penyelundupan yang kerap dilakukan diplomat.

Selama ini banyak modus penyelundupan minuman keras yang dilakukan staf kedutaan asing. Mereka membawa alkohol untuk disimpan di gedung kedutaan. Bahkan kabar juga beredar bahwa minuman keras yang diselundupkan tadi dijual di pasar gelap.

Gagasannya, Visi 2030 adalah kampanye bernilai triliunan dolar untuk membentuk kembali citra negaranya untuk menarik pariwisata dan mendiversifikasi perekonomiannya dari minyak.

Arab Saudi telah menerapkan serangkaian reformasi liberalisasi sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman berkuasa. Arab Saudi mengizinkan hal-hal yang sebelumnya dilarang seperti mengemudi bagi perempuan, bioskop, dan konser, sekaligus menindak perbedaan pendapat dan memenjarakan aktivis politik.

(hal/ara/detik)