Medan, bisnissumsel.com –
Gelombang pengungsi etnis Rohingya terus berdatangan ke Indonesia. Terbaru sejak November 2023 ada 1.200 orang dari etnis Rohingya yang masuk melalui Aceh, Indonesia.
“Secara kumulatif sejak 14 November, jumlah kedatangan pengungsi adalah sekitar 1.200 orang di beberapa titik di Aceh, seperti Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang,” kata pejabat informasi publik (public information officer) UNHCR Indonesia, Mitra Salima Suryono, kepada detikcom, Senin (11/12/2023).
Sebagaimana diketahui, untuk mencapai ke Indonesia, etnis Rohingya hanya menggunakan kapal kayu. Para etnis Rohingya melintas bahayanya laut dari Myamnyar ke Indonesia.
Namun ada satu pertanyaan muncul, kenapa Rohingya diusir dari Myanmar? Apa penyebabnya mereka kabur?
Kenapa Rohingya Diusir dari Myanmar?
Mengutip situs resmi Perpusatkaan Unikom, etnis Rohingya telah ada sejak 1824. Saat itu, Myanmar masih bernama Burma.
Etnis Rohingya mendarat ke Burma karena campur tangan Inggris yang saat itu berhasil menguasai Burma. Selain itu adanya pengaruh perjanjian Yandabo. Mulanya, etnis Rohingya ditempatkan di Arakan.
Semasa pendudukan Inggris di Burma, etnis Rohingya memiliki kehidupan sejahtera. Pasalnya, pihak mereka mampu menguasai sektor ekonomi.
Namun keadaan itu tak bertahan lama semenjak Jepang mengalahkan Inggris. Kedudukan Rohingya di Burma saat itu pun tercanam.
Parahnya, Burma yang kemudian berganti nama Myanmar menerbitkan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Myanmar atau Burma Citizenship Law 1982. Dalam aturan itu disebutkan jika etnis Rohingya tidak diakui a sebagai salah satu etnis mayoritas maupun etnis minoritas yang ada di Myanmar.
Awal Mula Konlfik Rohingya di Myanmar
Kemudian mengutip situs resmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pemerintah Myanmar juga mengeluarkan argumentasi bahwa etnis Rohingya sebagai imigran gelap. Hal tersebut juga mendorong timbulnya bentrok terhadap etnis Rakhine, mayoritas penduduk yang bermukim di Arakan, Myanmar.
Konflik tersebut bermula pada Mei 2012. Saat itu beredar foto hasil forensik mengenai pembunuhan terhadap perempuan etnis Rakhine yang dilakukan oleh tiga pemuda etnis. Pemuka agama dan masyarakat Rakhine pun membunuh etnis Rohingya.
Puncaknya, konflik tersebut pecah pada Juni 2012. Thein Sein yang saat itu menjabat sebagai presiden Myanmar memilih untuk mendeportasi etnis Rohingya serta mengumpulkannya dalam tempat penampungan.
Akibat dari kejadian ini sebanyak 140 ribu jiwa terusir dan 800 orang tidak mempunyai kewarganegaraan, 3 ribu bangunan rusak, dan hampir 60 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Para etnis Rohingya pun terpaksa meninggalkan Myanmar dan pergi mengungsi ke berbagai negara terdekat seperti Indonesia, Malaysia, dsb.
(astj/astj/detik)
