Serangan Israel ke Rafah Tuai Kecaman

53
Foto: Kerusakan di Rafah akibat serangan Israel (AFP/MOHAMMED ABED)

Gaza, bisnissumsel.com –

Israel melancarkan serangan ke Rafah di selatan Jalur Gaza, Palestina, yang kini jadi tempat pengungsian jutaan warga. Serangan Israel itu pun menuai kecaman.

Israel membombardir Rafah pada Senin (12/2/2024) dini hari. Serangan itu menewaskan setidaknya 100 orang. Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk membebaskan dua orang sandera dari Hamas.

Hamas sendiri menyebut serangan Israel di Rafah menyebabkan tiga orang sandera tewas. Hamas mengatakan tiga sandera itu tewas akibat luka serius dari serangan Israel.

“Brigade al-Qassam mengumumkan terbunuhnya tiga dari delapan tahanan Zionis yang kami umumkan kematian mengalami luka serius dalam serangan biadab Zionis di Jalur Gaza,” demikian pernyataan Brigade al-Qassam via saluran Telegram Hamas, seperti dilansir Jerusalem Post.

Serangan Israel itu pun menuai kecaman dari berbagai pihak. Berikut kecaman-kecaman atas serangan Israel di Rafah:

China Minta Israel Setop Operasi Militer di Rafah

Pemerintah China menyerukan Israel ‘secepat mungkin’ menghentikan operasi militer di Rafah. Otoritas Beijing memperingatkan terjadinya ‘bencana kemanusiaan yang serius’ jika pertempuran tidak dihentikan.

“China mengikuti perkembangan di wilayah Rafah, menentang dan mengutuk tindakan yang membahayakan warga sipil dan melanggar hukum internasional,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (13/2/2024).

“Menghentikan operasi militernya sesegera mungkin, (dan) melakukan segala upaya untuk menghindari jatuhnya korban sipil yang tidak bersalah, untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih serius di wilayah Rafah,” sambung pernyataan itu.

Inggris Menentang Serangan Israel ke Rafah

Pemerintah Inggris ikut menentang rencana Israel untuk melancarkan serangan darat ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan. Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, David Cameron, mengatakan Israel harus berhenti dan berpikir serius sebelum mengambil tindakan lebih lanjut di Rafah.

Cameron menyampaikan hal ini pada hari Senin (12/2) waktu setempat, setelah serangan udara Israel di kota yang menjadi tempat perlindungan terakhir bagi sekitar satu juta warga sipil Palestina yang mengungsi.

“Kami sangat prihatin dengan situasi ini dan kami ingin Israel berhenti dan berpikir serius sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. Namun yang terpenting, apa yang kami inginkan adalah penghentian segera dalam pertempuran dan kami ingin jeda tersebut mengarah pada gencatan senjata,” kata Cameron ketika ditanya tentang situasi di Rafah, seperti dilansir Al Arabiya.

“Kami pikir mustahil melihat bagaimana Anda bisa berperang di antara orang-orang ini. Tidak ada tempat bagi mereka untuk pergi,” ujarnya.

Biden Dorong Jeda Pertempuran 6 Pekan

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendorong penghentian atau jeda pertempuran selama enam pekan antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Dia mengatakan hal itu merupakan batu loncatan menuju gencatan senjata yang lebih lama.

Dilansir Reuters, Selasa (13/2/2024), hal itu diungkapkan Biden usai dirinya berbicara secara langsung dengan Raja Yordania Abdullah yang sedang berkunjung ke Gedung Putih di Washington DC pada Senin (12/2) waktu setempat. AS dan Yordania merupakan sekutu sejak lama.

Keduanya disebut berdiskusi soal sejumlah tantangan yang menakutkan, termasuk ancaman serangan darat Israel ke Rafah. Keduanya juga membahas ancaman bencana kemanusiaan di kalangan warga sipil Palestina.

Biden, yang semakin menunjukkan kekesalan dengan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu karena tak mendengar nasihatnya, mengatakan AS sedang bekerja sama dengan sekutu-sekutunya di kawasan untuk mencapai kesepakatan yang menghentikan pertempuran guna memungkinkan pembebasan sandera dan meningkatkan aliran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Kesepakatan itu, kata Biden, akan dimulai dengan jeda pertempuran setidaknya selama enam pekan di Jalur Gaza.

“Yang kemudian kita bisa meluangkan waktu untuk membangun sesuatu yang lebih bertahan lama,” ucap Biden, tanpa secara langsung menyebut soal gencatan senjata.

Sementara itu, Raja Abdullah secara tegas menyerukan gencatan senjata yang luas di Jalur Gaza.

“Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan ini terus berlanjut. Kita membutuhkan gencatan senjata yang bertahan lama sekarang. Perang ini harus diakhiri,” cetus Raja Abdullah saat berbicara di hadapan Biden.

(haf/haf/detik)