Telanjangi Tahanan Gaza, Tentara Israel Langgar Hukum Internasional

51
Seorang tentara IDF menginterogasi seorang tahanan dari Gaza dalam video yang diunggah secara daring. (YouTube)

Jakarta, bisnissumsel.com –

Video tahanan Gaza yang ditelanjangi, diikat, dan ditutup matanya telah diunggah secara daring oleh tentara Israel. Video tersebut melanggar hukum internasional, kata para ahli hukum.

Menurut hukum internasional, tahanan tidak boleh dihina atau dipermalukan secara berlebihan dan dijadikan konsumsi publik.

BBC Verify memeriksa ratusan video yang dibagikan secara terbuka oleh tentara Israel di Gaza sejak November 2023. Kami memverifikasi delapan video yang memperlihatkan tahanan Palestina.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan telah memberhentikan anggotanya yang telah kami identifikasi. Mereka menambahkan bahwa video semacam itu tidak mewakili nilai-nilainya. Namun, IDF menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut.

Dr Mark Ellis, penasihat PBB terkemuka di bidang pengadilan pidana internasional, mengatakan rekaman video tentara Israel yang kami tunjukkan kepadanya bisa disebut melanggar aturan mengenai cara memperlakukan tahanan perang.

Tentara yang aktif

Sebagian besar dari video yang kami analisa menunjukkan adegan pertempuran dan tentara menengok ke dalam rumah-rumah yang ditinggalkan oleh penduduk.

Salah satu video menunjukkan tentara menembakkan senjata sambil mengenakan kostum dinosaurus. Video lain menunjukkan mereka mendirikan restoran pizza di sebuah rumah Palestina kosong.

Delapan video yang direkam dan dibagikan ke publik, menurut para ahli hukum, menunjukkan perlakuan buruk terhadap para tahanan yang merupakan warga Palestina.

Semua video tersebut diunggah oleh orang-orang yang sedang bertugas atau sebelumnya bertugas sebagai tentara Israel. Mereka bahkan tidak menyembunyikan identitas mereka.

Kami menemukan akun pemilik video dari hasil analisa gambar seorang tahanan Palestina yang dibagikan secara luas dan secara daring di awal pekan ini.

Hasil pencarian gambar menunjukkan video itu berasal dari akun YouTube milik tentara Israel bernama Yossi Gamzoo Letova.

Ia telah mengunggah beberapa video dari Gaza sejak awal Desember, termasuk cuplikan pasukannya, yang ia sebut sebagai Batalion Granit 932, yang merupakan bagian dari Brigade Nahal IDF.

 

Dalam sebuah video yang diunggah pada 24 Desember 2023, tahanan Palestina dalam cuplikan ditampilkan telanjang dan berdarah dengan tangan terikat dan duduk di kursi saat diinterogasi.

Kami mengidentifikasi lokasi itu sebagai Gaza College, sebuah sekolah di bagian utara Gaza – berdasarkan dekorasi khas serta logo institusi yang terlihat dalam video dan kami cocokkan dengan halaman Facebook-nya.

Kemudian dalam video yang sama, tahanan terlihat berjalan berbaris tanpa alas kaki menelusuri jalanan Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, IDF mengatakan: “Gambar itu diambil saat interrogasi lapangan. Tersangka tidak terluka. Seorang tentara cadangan memotret dan mengunggah gambar yang bertentangan dengan perintah dan nilai-nilai IDF.

“Baru-baru ini diputuskan, [tentara] diberhentikan dari tugasnya.”

Sejumlah video dihapus

Pada hari yang sama, Letova membagikan video YouTube lain yang menunjukkan ratusan tahanan Palestina yang dikumpulkan di lapangan olahraga. Kami menganalisa video tersebut menggunakan geolokasi dan memverifikasi lapangan itu sebagai Stadion Yarmouk Gaza.

Sebagian besar dari tahanan yang ada di video telah ditelanjangi dan hanya menggunakan pakaian dalam. Beberapa ditutup matanya dan berlutut di tanah dalam barisan yang teratur, sementara tentara Israel menyaksikan.

Pada satu titik, sebuah kelompok berisi tiga tahanan perempuan muncul dengan penutup mata dan berlutut di belakang gawang sepak bola dengan bendera Israel berkibar di atasnya.

Seorang tentara Israel muncul beberapa kali dalam video itu. Ia tampaknya sadar bahwa dirinya sedang direkam.

Dengan membandingkan seragam dan lencana tentara itu dengan gambar-gambar seragam IDF lainnya yang tersedia untuk umum di internet, kami mengidentifikasi dia sebagai seorang letnan kolonel atau komandan batalion.

Kedua video itu segera dihapus dari halaman YouTube publik Letova setelah BBC menghubungi IDF.

Kode etik yang berlaku

Dua video yang diunggah ke Tiktok oleh tentara IDF lainnya mencakup foto tahanan Gaza dengan penutup mata, diselingi foto tentara IDF yang berpose dengan senjata.

Sebuah video yang diunggah pada 14 Desember, diiringi lagu rap Israel, memperlihatkan para tahanan dengan penutup mata diangkut ke dalam truk pick-up dengan seorang tentara berpose di samping mereka dengan mengacungkan kedua jempol.

Kami mengidentifikasi tentara itu dari akun media sosialnya sebagai Ilya Blank.

Ilya mengunggah video kedua yang menunjukkan seorang pria dengan penutup mata berada di lantai dan tampaknya dikelilingi tiga tentara IDF.

Kami telah menemukan sejumlah foto yang dimasukkan dalam videonya berlokasi di Gaza utara.

Setelah kami menghubungi IDF dan TikTok, video-video itu dihapus.

Dalam Konvensi Jenewa Ketiga Pasal 13, tertera bahwa para tahanan harus dilindungi setiap saat, terutama dari tindakan kekerasan atau intimidasi dan tidak menjadi subyek “penghinaan dan konsumsi publik”.

Dr Ellis mengatakan kuncinya berada pada “tidak menjadikan [tawanan perang] tontonan publik” dan tidak “merendahkan mereka atau mempermalukan mereka”.

Ia menambahkan: “Konsep membawa orang-orang yang hanya mengenakan pakaian dalam, merekamnya dan membagikannya ke publik tentu melanggar ketentuan itu.

“Aturan yang berlaku tidak dapat – dengan cara apa pun memperbolehkan tindakan seperti ini terjadi.”

Prof Asa Kasher, seorang akademisi Israel yang membantu menulis kode etik pertama IDF, menyebut praktik membagikan foto orang setengah telanjang bertentangan dengan kode etik IDF.

Ia mengatakan mungkin saja ada kebutuhan militer untuk menelanjangi sementara seorang tahanan untuk memeriksa apakah mereka membawa senjata.

Namun, dia tidak dapat menemukan alasan untuk “mengambil gambar seperti itu dan membagikannya kepada publik”.

“Alasan menahan mereka setengah telanjang adalah untuk mempermalukan mereka,” katanya.

Pengacara hak asasi manusia, Michael Mansfield, mengatakan rekaman itu harus dikaji oleh pengadilan PBB.

“Ada peraturan yang sangat ketat terkait bagaimana menangani orang-orang yang ditahan sebagai tawanan perang di tengah perang atau konflik, yang jelas sedang terjadi di sini.

“Dan ketentuan di sini benar-benar mengharuskan Anda harus memperlakukan tahanan dengan hormat,” katanya.

Kami mengirim enam video ke TikTok, yang mengonfirmasi bahwa semuanya melanggar pedoman komunitas mereka.

Mereka menyatakan dalam pedomannya, konten “yang berusaha merendahkan korban tragedi kekerasan” tidak ditoleransi. Semua video itu telah menghilang dari platform media sosial tersebut.

Seorang juru bicara dari YouTube mengatakan mereka telah menghapus puluhan ribu video berbahaya dan menghentikan ribuan akun selama konflik Israel-Gaza, dan bahwa mereka memiliki tim yang bekerja sepanjang waktu untuk memantau beredarnya video berbahaya.

(ita/ita/detik)